Chapter Text
Sea menghela nafas melihat ke arah lapangan tempat ospek dilaksanakan hari ini yang sepertinya sudah mulai chaos . "Gue masih gak ngerti kenapa Kak Force milih mereka semua jadi panitia cabutan untuk komdis," ucap Piploy disebelahnya.
Hari ini adalah hari kedua ospek dan para komisi disiplin pilihan Force —yang termasuk dari teman-temannya itu— masih sibuk mendisiplinkan mahasiswa baru yang menurut Sea tidak terlalu perlu sebegitunya, tapi bagaimana pun itu semua masih dalam rangkaian ospek.
Sea mengangkat kedua bahunya, " they're his friends, no ?" dagunya mengarah ke komdis yang dimaksud, dua orang cabutan yang entah sedang apa, sepertinya sedang memarahi mahasiswa baru yang melanggar aturan ospek. Entahlah, Sea juga tidak mau terlalu ikut campur. Ia dan tim Humas lain sudah banyak bekerja sebelum acara ini dilaksanakan, sekarang waktunya Sea dan tim istirahat sejenak.
Piploy mengangguk, "Iya, dua orang yang paling kayak abang-abangan itu temennya Kak Force," jawab Piploy dilanjut mengenalkan teman-teman Force, ketua komdis kali ini karena Sea memang tidak banyak mengenal orang diluar organisasi, apalagi jika tidak berasal dari fakultas yang sama dengannya.
Sea melihat abang-abangan yang dimaksud, cowok yang sebenarnya terlihat rapi karena sedang pelaksanaan ospek, tapi tetap saja pembawaannya sedikit urakan. Tapi, ada satu cowok yang sedang terdiam melihat ke arah dua orang yang Sea dan Piploy tadi, Sea tebak juga salah satu dari teman Kak Force yang menjadi panitia cabutan, penampilannya termasuk oke untuk anak teknik yang kata orang jarang mandi itu, menurut Sea.
"Kalau yang itu siapa?" tanya Sea menunjuk ke arah orang yang dimaksud. Untungnya, jarak antara mereka cukup jauh jadi orang dilapangan tidak akan bisa mengetahui perbincangan antara Sea dan Piploy, seharusnya.
Piploy mengikuti arah yang ditunjuk Sea, "Oh, Kak Jimmy?"
"Namanya Jimmy?" Piploy mengangguk, "the handsome and well known one from Electrical Engineering, but don't ever cross your path with him ."
Sea menaikkan alisnya, "kenapa juga gak boleh?"
"He's dangerous, Sea. Jangan aneh-aneh pokoknya kalau sama dia," ucap Piploy yang dijawab oleh anggukan Sea, Ia mengerti.
Tapi sepertinya, nasib Sea tidak selalu bagus. Saat ini Sea sedang makan sendirian di kantin, hal urgent membuat Sea harus makan terakhir dibanding teman-temannya. Sea menghela nafas dan merasa dunia sedikit tidak adil, Sea kan juga lapar. Beruntungnya asam lambung Sea tidak kambuh karena sudah telat dua jam dari waktu makan siang.
"Kok kamu baru makan, Sea?" tanya seseorang di belakang Sea saat Ia hendak menyendok makanannya. Sea berfikir sejenak, ini suara yang sangat asing bagi dirinya dan beruntunglah Sea belum menelan makanannya karena jika Ia menengok saat sedang menelan makannya, kemungkinan Sea tersedak adalah seratus persen.
"Eh.. kak.. tadi saya ngerjain sesuatu yang lain dulu jadi makannya telat," jawab Sea sambil menelan ludah.
Orang yang tadi menyapanya tersenyum, "oh, saya boleh gabung? Saya lagi minta istirahat sebentar aja sih, tapi kalau kamu keberatan saya gabung, saya akan cari tempat lain."
Sea menggeleng, "Eh.. Kak Jimmy, gak apa-apa kok kalau mau duduk disini," jawab Sea.
Jimmy tersenyum dan pindah ke kursi depan Sea, "makasih, ya. Tapi, kayaknya kita belum kenalan, kok kamu bisa tau nama saya?"
Mati, batin Sea. Dia lupa harus pura-pura bego, kan malu kalau ketahuan dia nanyain Kak Jimmy ke temennya.
"Tadi saya liat sih kamu nunjuk-nunjuk saya pas lagi di lapangan, beneran nunjuk-nunjuk saya kan ya atau saya yang kegeeran?" tanya Jimmy lagi.
Mati kuadrat. Kalau gini mending Sea langsung loncat aja dari atas gedung rektorat.
"Eh.. itu.. tadi ada yang lewat, bukan Kak Jimmy, kok," jawab Sea terbata-bata.
Jimmy menghela nafas, "yah, kalau gitu saya kegeeran, dong? Padahal setelah itu juga saya nanyain kamu ke Force, kirain kita bakal saling nanyain."
Sea menelan ludah, "hehe.. enggak kok kak. Saya tau kakak karena kakak temennya Kak Force aja."
Jimmy mengangguk-angguk, "yaudah kalau gitu kita kenalan ya, kamu mau gak Sea, kenalan sama saya?" Jimmy mengulurkan tangannya ke arah Sea.
Ya kalau dia ngulurin tangan gini kan gue gak enak, batin Sea. Sea menerima uluran tangan Jimmy, "Sea Tawinan, Sastra Inggris, angkatan 19. Salam kenal, Kak Jimmy."
Jimmy tersenyum, "Jimmy Jitaraphol, Teknik Elektro 18. Salam kenal, Sea."
Sepertinya Jimmy tidak berbahaya seperti yang Piploy bilang.
***
Ospek telah berakhir dan hari-hari Sea berjalan seperti biasanya, tapi sepertinya itu hanya berada dalam pikiran Sea.
“Menurut lu kenapa gue sering banget ngeliat anak teknik ya akhir-akhir ini?” tanya Piploy saat sedang mengaduk makanannya.
Sea menaikkan satu alisnya, “akhir-akhir ini gimana?”
Piploy berhenti mengaduk makanannya dan mulai menjelaskan, “minggu ini gue udah liat anak teknik tiga kali dan sekarang baru hari ketiga di minggu ini, yang berarti gue lihat mereka setiap hari. Belum lagi minggu lalu, gue liat mereka empat hari, minggu lalu nya lagi gue liat mereka lagi, gue liat mereka terus sampe gue ngerasa mereka satu fakultas sama kita.”
“Kayaknya kita gak se sering itu liat anak Sastra Prancis dan Sastra Tiongkok,” ucap Sea.
“Exactly, and what I mean by anak teknik is, temen-temen nya Kak Force, Kak Jimmy, most of the time ,” ucap Piploy.
“Emangnya dia gak pernah ke fakultas kita, ya?” tanya Sea.
Piploy menghela nafas, “makanya lu perhatiin sekitar, dong. Kak Jimmy itu jarang banget ke fakultas kita. Biasanya nongkrong di FK, Fisip, Hukum atau mentok Psikologi. Gue gak pernah denger ceweknya ada dari fakultas kita, deh.”
Kepala Sea tergeleng mendengarnya, “Lu tuh suka banget gosip ya, Ploy.”
“Rahasia umum, Sea. People are talking about it, it's not something new ,” Piploy membela dirinya.
“Kak Jimmy punya pacar?” tanya Sea lagi.
“Gue gak bisa bilang pacar sih..” Piploy menghela nafas, “ceweknya dia tuh dimana-mana, tapi gak pernah ada yang dipacarin. He mingled with everyone but it wouldn't last longer until 3 months .”
“So he's an ass ,” ucap Sea yang disetujui oleh Piploy.
“He's straight as a ruler, never heard about him mingling with any man, but we need to be careful and take care of our friends. Rumours said he's manipulative as fuck ,” tambah Piploy yang dibalas anggukan Sea.
“Sea!” panggilan dari arah lawan membuat Sea dan Piploy menengok ke sumber suara, yang setelahnya Sea langsung mendapat pukulan dari Piploy.
“Sejak kapan dia kenal sama lu?” tanya Piploy melihat Jimmy yang sudah berjalan ke arah meja mereka.
“Sejak ospek, waktu gue makan sendirian di kantin itu.” Piploy mengerang frustrasi mendengar jawaban Sea. Kelewat santai disaat Piploy memilih untuk menjauh dari orang yang dirumorkan buruk itu.
Piploy tersenyum melihat Jimmy yang sudah mengambil tempat duduk di sebelah Sea. Seingatnya, tidak ada yang mengajak Jimmy untuk bergabung dengan mereka. Tapi Piploy takut akan menjadi masalah besar jika Ia menolak, yang sebenarnya bisa saja bagi Piploy untuk melakukannya.
"Maaf ganggu ya.. siapa namanya, teman Sea?" tanya Jimmy kearahnya. Piploy tersenyum, "Piploy, kak." yang mendapat anggukan dari Jimmy.
"Temen seangkatan kamu?" kali ini pertanyaan itu tidak ditunjukkan kepada Piploy melainkan kepada Sea. Sea mengangguk, "iya, temen deket yang aku bilang itu, aku gak sebut namanya sih," jawab Sea melanjutkan makannya.
Jimmy mengangguk, "oh.. okay. Kita jadi pulang bareng kan nanti?"
Melihat anggukan Sea membuat Piploy tersedak makanannya. Tidak cukup Piploy mengetahui bahwa Sea kenal dengan seorang Jimmy, kali ini mereka akan pulang bersama. Banyak hal yang sudah Piploy lewatkan ternyata.
"Yaudah, kamu lanjut makan dulu aja. Masih ada kelas, kan? Saya tunggu ya, nanti kabarin kalau udah." Sea mengangguk dan memberikan kode kepada Piploy agar segera menghabiskan makanannya agar mereka tidak telat ke kelas berikutnya.
Di kelas, Sea jelas sekali merasakan tatapan Piploy mengarah padanya sejak tadi. Sea tahu itu. Tatapan penasaran, Piploy bertanya-tanya tentang apa yang Ia dengan dari dirinya dan Jimmy saat makan tadi. Sea memang hutang penjelasan pada sahabatnya yang satu itu.
"I swear to God it's nothing," bisik Sea agar Piploy tidak menatap terus-menerus kearahnya.
Mendengar itu Piploy menoleh kearah Sea, "what do you mean it's nothing ? Ya oke gue mewajarkan lu mau punya temen baru, but from all people? Kak Jimmy?"
Sea tersenyum, mencoba menenangkan Piploy, "I promise he's not as bad as people said, Ploy."
Piploy menaikkan satu alisnya, "how close you are with him sampai berani bilang begitu? Close enough like Kak Force dan Kak Book? Atau Kak Namtan yang emang sahabatnya dari kecil?"
Sea menaikkan kedua pundaknya, "couldn't tell, let's see ."
Piploy menghela nafas, “I've warned you, Sea. I don't want you to get hurt but you're an adult. You know what's best for you, no ?”
Sea tersenyum, “count that on me, Ploy.”
***
Jimmy menepati janjinya untuk menunggu Sea agar mereka bisa pulang bersama kali ini. Jika dihitung, sebenarnya ini sudah ke enam kali Sea pulang bersama Jimmy. Jimmy yang awalnya mengajak Sea untuk pulang bersama karena apartemen mereka searah. Awalnya Sea menolak, tapi setelah beberapa kali Jimmy mengajak Sea, akhirnya Sea menerima tawaran Jimmy.
“Jadi, gimana tadi? Was the class fun?” tanya Jimmy saat mereka berjalan menuju parkiran.
Sea menggeleng, “aku gak paham dosennya ngomong apa, sumpah.”
Jimmy tertawa, mengusap kepala Sea, “pelan-pelan, Sea. Kakak yakin kamu pasti bisa, gak perlu buru-buru. Nanti saya bantuin deh kalau kamu bingung.”
Sea mengejek, “dih, emangnya kamu ngerti?”
Jimmy tersenyum, “I could learn if you want .”
“Gak usah aneh-aneh deh, kak. Pikirin tuh skripsi kamu yang udah depan mata,” jawab Sea.
“Wah offside nih ngeledek nya. Saya belum kepikiran kalau soal itu sih, Sea. Menurut kamu, kakak harus gimana?”
Sea merasa terenyuh setiap Jimmy menyebut dirinya dengan label kakak.
“Kenapa kamu diem? Sea?”
Sea menggeleng, “eh.. enggak. Lucu aja denger kakak nyebut diri Kak Jimmy pake ‘kakak’.”
Jimmy tersenyum, “so, you like what you hear, hm ?”
Sea mengangguk. Jimmy tertawa, “okay, better kakak atau saya?”
“I don't mind with both, as long as you're comfortable with it,” jawab Sea.
“Kakak nanya ke kamu, Sea. Which one do you like better ?”
“Anything you're comfortable with, Kak Jimmy.” Jimmy tertawa, mengalah, “okay, Prince Sea. Anything you want, ” ucap Jimmy yang mendapat pukulan dari Sea.
Jimmy dan Sea menghabiskan hari dengan makan dan mengobrol, hal yang sepertinya akan sering mereka lakukan berdua dan keduanya merasa hal yang mereka lakukan sekarang adalah tepat .
***
“I'm not really confident with that, Sea,” ucap Jimmy saat Ia akan memulai ceritanya malam ini.
Kali ini Sea berjanji akan memasakkan Jimmy makan malam jika Jimmy datang ke apartemen Sea malam ini, dan di sini lah mereka sekarang. Sea sedang menyiapkan makanan dan Jimmy duduk tidak jauh di belakang Sea.
Sea menghela nafas. Selalu seperti ini. Jimmy selalu melihat dirinya kecil. Jimmy tau apa yang orang-orang bicarakan tentang Jimmy. Dirinya yang berkelakuan jelek —Jimmy mengakui ini kepada Sea— dan bahkan sampai menyeret ke akademik Jimmy yang sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali.
“People hate that you're hot and smart, kak. Cmon, you should take that opportunity. Gak ada salahnya juga menerima job offering di saat kamu lagi skripsian,” ucap Sea. “You've proved yourself way before today. You know it better than anyone else,” lanjutnya.
Sea bisa mendengar helaan nafas berat Jimmy. Mendengar itu Sea meletakkan alat masak dan mengecilkan kompornya. “Come here ,” ucap Sea merentangkan tangannya.
Melihat itu Jimmy menyerahkan seluruh dirinya kepada Sea. Jimmy luruh dalam pelukan Sea. Pelukan hangat Sea yang selalu membuat Jimmy merasa aman, membuat Jimmy selalu merasa berada di rumah .
Sea mengelus punggung Jimmy pelan, “you got this, kak. Everything will be fine, everything will be okay. If things go wrong, you can always fix that. You can always make it right. You have me, Kak Jimmy. You will always have me.”
Jimmy mengusakkan kepalanya di leher Sea, mencari kenyamanan yang selalu Jimmy butuhkan. Sea yang bisa merasakan Jimmy sudah mulai tenang tersenyum, “gak apa-apa ya, kak. There's nothing to be afraid of. Kalau ada apa-apa, ada aku.”
Jimmy menegakkan tubuhnya, “Sea, would you be my boyfriend ?”
Tubuh Sea menegang mendengarnya. Sea tahu kedekatannya dengan Jimmy memang lain dari teman pada umumnya. Sudah empat bulan Jimmy akan selalu mengantar jemput Sea kemana pun, bukan hanya kampus. Bahkan dibanding Piploy, Sea lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Jimmy sampai mendapatkan protes dari temannya yang satu itu.
Sea adalah orang yang pertama kali Jimmy cari jika dirinya sedang tidak baik-baik saja. Sea adalah tempat ternyaman Jimmy dan Sea adalah orang yang paling dipercayai Jimmy. Bahkan Jimmy sendiri yang berkata seperti itu.
Sea tidak pernah mendengar rumor tentang Jimmy dekat dengan siapapun karena selama ini Sea lah yang berada di samping Jimmy, kapan pun. Bahkan sudah bukan hal baru bagi orang-orang di universitas melihat Jimmy dan Sea bersama.
Jimmy jelas bukanlah orang yang sama seperti apa yang dikatakan Piploy beberapa bulan lalu. Sea percaya bahwa Jimmy sudah berubah. People change and so does Jimmy. Sea believes that.
“You don't need to answer now, Sea. You can take —” belum selesai Jimmy melanjutkan kalimatnya, Sea menyahut, “ayo pacaran.”
Mendengar itu, Jimmy mulai menautkan kedua bibir mereka. Tangan Sea yang tadinya berada di pinggang Jimmy mulai melingkar di leher Jimmy. Tangan kanan Jimmy berada di pipi Sea dan tangan kirinya mengalungkan pinggang Sea. Everything feels so right and is in the right place. Maybe this is the time for Jimmy and Sea to be happy.
***
Or maybe not.
“Jadi jalan lu sama pacar lu itu?” tanya Piploy menekankan kata pacar yang membuat Sea tertawa. Jika ada orang yang sebenarnya paling tidak suka dengan hubungan Sea dan Jimmy, orang itu adalah Piploy. Jelas. Akan tetapi, Piploy tetaplah sahabat terbaik yang Sea miliki.
Sea telah membahas ini bersama Piploy, bahwa Sea dengan sadar menerima Jimmy sebagai pacarnya. Sea menjelaskan dengan rinci mengapa Sea menerima Jimmy sebagai pacarnya. Sea sendiri tau sebenarnya dia tidak perlu melakukan itu, Sea hanya ingin Piploy yakin bahwa Jimmy adalah orang yang tepat.
Piploy adalah teman yang baik. Walaupun sampai detik ini tidak menyetujui hubungan mereka, Piploy tetaplah menjadi pendengar nomor satu Sea apalagi tentang pacarnya. Piploy tetap menghargai hubungan yang sedang Sea jalani saat ini dan itu sudah lebih dari cukup bagi Sea.
“Jadi, kayaknya sih Kak Jimmy lagi jalan kesini. Mau ikut makan dulu gak?” tawar Sea. Piploy menggeleng, “bukan cuma lu yang punya date . Have fun !” ucap Piploy sambil melambaikan tangannya, meninggalkan Sea sendirian.
Sea membalas lambaian tangan Piploy sebelum menerima telpon yang berasal dari pacarnya, “kakak, di mana?” hal yang selanjutnya Sea dengar bukanlah hal yang ingin Ia dengan saat ini.
“Oh, okay, semoga semuanya lancar ya, kak,” ucap Sea sebelum menutup panggilan suara itu.
Sea menghela nafas. Ini sudah kedua kalinya di minggu ini Jimmy membatalkan acara mereka dan tidak menjemput Sea karena sibuk. Sebenarnya Sea ingin bertanya lebih jauh, akan tetapi sebelum Ia sempat bertanya, panggilan suara sudah dimatikan sepihak membuat semuanya menjadi gantung, setidaknya bagi Sea.
Jika dihitung secara menyeluruh, ini sudah tiga bulan sejak Sea berpacaran dengan Jimmy. Awalnya semuanya lancar. Jimmy tetap menjadi Jimmy yang Sea kenal selama lima bulan mereka berada di masa pendekatan – yang tidak disadari Sea itu– dan entah mengapa, memasuki bulan ke empat mereka berpacaran, Jimmy terasa jauh dari Sea.
“Bosen kali,” ucap Piploy saat mendengar cerita Sea yang merasa Jimmy menjauh darinya. Sea tau Piploy bercanda, nada yang dikeluarkan juga sebuah candaan. Sea tidak seharusnya memasukkan kalimat Piploy ke dalam hatinya. Malam ini Sea tidak bisa tidur memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang ada. Tanpa Sea sadar, dirinya sudah sangat bergantung dengan Jimmy dan ketidakberadaan Jimmy sama saja seperti seluruh dunia Sea menghilang.
Dering telpon memecahkan keheningan dan semua skenario buruk mulai berputar di kepala Sea. “Sea, udah tidur?” adalah hal yang pertama kali Sea dengar saat mengangkatnya. Suara yang sangat familiar bagi Sea dan sangat Sea rindukan.
“Belum, kak. Kak Jimmy kenapa belum tidur?” Sea bisa mendengar Jimmy menghela nafas berat, “kakak boleh ke tempat kamu?” yang mendapatkan persetujuan dari Sea setelahnya tanpa memikirkan hal apapun.
Sea tersenyum melihat Jimmy yang sekarang berada di apartemennya. Sudah dua minggu Sea tidak bertemu dengan Jimmy dan sudah tiga hari sejak Jimmy menghilang, bahkan tidak membalas pesannya sedikit pun.
Jimmy merebahkan dirinya di sebelah Sea, “kamu kemana aja sih kak selama ini? Chat aku gak dibales,” tanya Sea.
Jimmy merentangkan tangannya, mengajak Sea ke dalam pelukannya, “sini, Sea. Saya kangen sama kamu.” Sea mengerucutkan bibirnya lalu menenggelamkan dirinya pada pelukan Jimmy.
“Saya akhir-akhir ini sibuk, Sea. Sibuk banget, saya lagi ngerasa kurang stabil juga, this is my last straw, that’s why I’m seeing you now. Saya butuh kamu,” ucap Jimmy seraya mengelus kepala Sea. Sea mengeratkan pelukannya pada Jimmy, “kerjaan kamu repot banget, ya? Skripsi kamu juga gimana kak?”
Jimmy mendaratkan ciuman di kening Sea, “semua lancar, sayang. Berkat kamu. Saya tahu kamu juga mendoakan saya agar semua berjalan dengan lancar, maaf karena saya masih belum bisa mengatur waktu saya dengan baik. Kedepannya saya akan berusaha lebih baik lagi. Saya minta maaf ya, Sea.”
Sea mengangguk mendengar perkataan Jimmy, “that’s okay.. You’re here and that’s enough. Yang penting kamu disini sama aku sekarang dan masih sehat, tapi kamu perlu inget ya kak, kamu selalu punya aku. Sampai kapan pun, kamu punya aku. Kamu bisa cerita dan share apapun ke aku like you used to. Okay ?”
Jimmy mencium pipi Sea gemas, “okay, prince. Akan diingat. Terima kasih ya. Ada hal yang mau kamu bicarain lagi?”
Sea menimang sebentar sebelum akhirnya menyuarakan apa yang ada di pikirannya. Sea menatap Jimmy sebentar sebelum meminta persetujuan, “is that okay if I tell you this?”
Jimmy mengangguk, “tentu. Perasaan kamu itu juga penting, sayang. Apa yang ada di pikiran kamu sekarang?” tanya Jimmy sembari mengelus kepala Sea.
Sea menghela nafas berat, “I feel like we’re so distant these days. Aku ngerasa kamu jadi jauh banget, akunya jadi sedih. Tapi gapapa, setelah denger penjelasan kamu aku paham, kedepannya kamu bisa cerita ke aku ya kak terkait apapun itu. I’d love to hear any stories from you.”
Jimmy tersenyum, mengelus pipi Sea pelan dan mengecupnya, “maaf, karena saya yang gak bisa mengatur waktu dengan baik membuat kamu merasa jauh dan tidak saya sayang, ya? Nanti saya coba agar lebih baik lagi dan ngabarin kamu terus, ya,” ucap Jimmy.
“Saya sayang kamu, sayang sekali. Saya juga sangat peduli dengan kamu, Sea. Maaf apa yang saya lakukan terlihat tidak sama dengan perkataan saya. Tapi saya serius dengan semua ucapan saya, saya tidak pernah ingin menyakiti kamu, Sea. Kamu berharga bagi saya,” lanjutnya sembari memberikan kecupan di kening Sea, memberikan Sea ketenangan.
Sea menganggukkan kepalanya, “you also mean a lot to me, kak.”
Jimmy mengangguk, “maaf ya, sayang. Saya akan ingat perkataan kamu dan introspeksi diri. Yang kamu rasakan itu valid. Terima kasih sudah jujur dengan perkataan kamu, ya. Sekarang tidur, oke? Besok pagi bangun masih saya peluk,” ucap Jimmy lalu memeluk Sea dengan erat sebelum keduanya pergi ke alam mimpi.
Jimmy menepatkan janjinya untuk tetap memeluk Sea sampai sang fajar datang. Sea tersenyum melihat Jimmy yang sedang tertidur memeluknya. Melihat wajah Jimmy yang tampan sedang tertidur membuat dada Sea menghangat. Tidur Jimmy terlihat sangat tenang. Melihat pemandangan Sea pagi itu membuat Sea tersadar betapa Sea mencintai laki-laki yang tengah memeluknya saat ini.
Sea tau ini akan terdengar sangat naif, tapi Ia berharap semoga dia dan Jimmy bisa seperti ini sampai seterusnya, sampai rambut keduanya memutih dan mereka dipisahkan hanya oleh maut.
“Ini weekend tau.. kamu harus banget pulang sekarang?” tanya Sea saat melihat Jimmy sudah siap untuk kembali ke kediamannya.
Jimmy menggeleng, “masih banyak yang harus saya persiapkan, Sea. Belum lagi saya harus ke site karena ada pekerjaan mendadak. Untungnya skripsi tidak ada hambatan karena masih berhubungan dengan pekerjaan. Doakan saya saja ya,” jawabnya seraya mengacak rambut Sea.
Sea mengerucutkan bibirnya, memohon agar Jimmy tetap tinggal setidaknya malam ini sebelum kembali berkutat dengan kehidupannya.
“Saya janji akan kembali dengan selamat, Sea. Doakan saya, ya? I always pray for you too, hope God keeps you well with my prayer ,” Jimmy berucap seraya menarik Sea ke dalam pelukannya, mengecup pucuk kepala Sea.
Sea menenggelamkan tubuhnya di pundak Jimmy, “I will always put your name on my prayer, kak. Be safe and take care of yourself when I'm not there. I love you.”
“I love you, Sea.” adalah kalimat yang terakhir kali Sea dengan dari Jimmy. Bahkan setelah dua minggu berlalu, Sea tidak mendengar kabar apapun dari pacarnya. Not even a single message from his boyfriend.
Dua minggu yang dilalui Sea tanpa keberadaan Jimmy sedikit pun adalah kiamat bagi Sea. Sea bagaikan mayat hidup. Ia kehilangan pegangan hidupnya. Hampir satu tahun ini Sea sangat menggantungkan hidupnya pada Jimmy. Bagi Sea, Jimmy adalah poros hidupnya. Semua hal menjadi mudah bagi Sea saat Jimmy bersamanya dan saat Jimmy hilang, semua hal menjadi jauh lebih sulit karena Sea kehilangan poros hidupnya, semangat hidupnya.
Beruntungnya Sea selalu memiliki Piploy yang berada setia menemaninya. Sea tidak membayangkan jika dirinya harus sendirian dengan memikirkan Jimmy yang entah di mana sekarang.
“Makan dulu, lah. Dua minggu lagi kita UAS, jangan sampe lu tumbang karena cowok gak jelas itu,” ucap Piploy melihat Sea yang belum menyentuh makanannya hari ini sedikit pun.
Sea menghela nafas, “dia gak kenapa-kenapa kan ya, Ploy?”
Piploy mendengus, “dia udah gede, bisa urus dirinya sendiri,” jawab Piploy sembari tangannya bergerak untuk menyuapi Sea makan.
Sea tau Piploy pun jengah melihat Sea seperti ini, but Sea can't help but showing how he feels because if he keeps his feelings inside, he might burst later and Sea don't want that to happen.
***
cw : mention anxiety, mental health issues
Minggu ketiga Jimmy menghilang, Sea melihat sosok itu berada di depan pintu apartemennya. Sosok yang masih sama seperti tiga minggu lalu Sea lihat dan berdiri di tempat yang sama dengan Sea lihat terakhir kali.
“Kak, where have you been ?” tanya Sea mempercepat langkahnya.
Sea mengecek seluruh keadaan Jimmy. Aman, tidak ada yang terluka. Secara fisik, Jimmy sempurna, tapi tidak ada yang tahu dalamnya .
“Sea, boleh kita bicara?” Sea mengangguk mendengar pertanyaan Jimmy dan mengajaknya masuk ke dalam apartemennya.
“Mau bicara apa, kak?”
Jimmy terdiam.
“Di mata kamu, saya gimana?”
Sea mengerutkan keningnya, “gimana apanya?”
“Bagaimana sosok saya di mata kamu, Sea?”
“You're still the best person I've ever had in my life. ”
Jimmy menghela nafas berat, “ My mind is full , Sea.”
“Sea, what if I'm not as good as you think? I'm far from good and you know that .”
Sea masih belum mengerti kemana arah pembicaraan mereka.
“I'm not the perfect and ideal person people think. I know some people see me as an asshole, but many people also see me as someone who's perfect and ideal and I'm tired of it. ”
Sea terdiam, membiarkan Jimmy untuk terus melanjutkan perkataannya.
“I get a high amount of anxiety every time I'm thinking about it. I want to stop, I want to get rid of everything but I'm struggling to manage it until now.”
“But not only that, my family also affected me in many ways. I'm not that great, Sea. I hate when everyone tells me to be ideal, I'm tired of being the ideal person for everyone but not for myself .”
“I hate being here, Sea. I hate to keep struggling with this and even need the help from sleeping pills. I'm tired of being perfect .”
Sea terdiam mendengar seluruh perkataan yang keluar dari mulut Jimmy. Sea tau sedikit banyak tentang keluarga Jimmy dan orang tua nya, tapi tidak lebih dari itu. Jimmy sangat menghindari pembicaraan tentang kedua orang tua nya dan Sea memilih untuk tidak bertanya karena tidak mau membuat Jimmy tidak nyaman. Banyak hal yang sekarang berputar di kepala Sea, banyak hal baru yang didengarnya sekarang.
Sea benci mendengar semua kalimat yang keluar dari mulut Jimmy. Karena bagi Sea, seburuk apapun Jimmy di mata orang lain, Sea selalu melihat Jimmy sebagai sosok yang hebat dan sempurna. Bagi Sea, Jimmy selalu sempurna bahkan dengan seluruh ketidaksempurnaan yang Jimmy miliki.
“You know there's no perfect person in this world, kak. I'm also far from perfect, we all are. We're humans, we make mistakes, we're struggling, we have our own flaws. That's normal. ”
Sea tersenyum menatap Jimmy, “thank you for hanging and surviving until today. Thank you, terima kasih sudah bertahan sejauh ini ya, Kak Jimmy.”
Sea memegang kedua tangan Jimmy yang terbebas, menggenggamnya, “I never asks for the perfect or ideal you, kak. If the world asks you to be one, I don't need that. The Jimmy I need is the real you. Aku butuh kamu, bukan Jimmy yang sempurna dan ideal di mata semua orang karena bagi aku kamu itu hebat dan akan selalu hebat. Yang bagi kamu ketidaksempurnaan itu tetaplah hal yang hebat di mataku.”
Sea tersenyum sembari menatap mata Jimmy yang menunjukkan banyak ketakutan, Sea bisa dengan jelas melihat seluruh ketakutan yang ada pada diri laki-laki yang Ia cintai itu.
“You can wear a mask every time you go out, but you can always put your mask down in front of me. You don't have to be a perfect person, you can always show your flaws to me. I will always be the one who'll welcome you with open arms.”
“Even on the day you don't feel like living in it, I will always be there for you.” Dan setelahnya, Jimmy menangis di dalam pelukan Sea.
Sea can't help but cry with Jimmy. He hates seeing his loved ones carrying hard things on himself when he can share it with him. Even though Sea couldn't help him, Sea will make it easier because they will always have each other.
***
Lagi dan lagi, Jimmy menghilang setelah hari itu. Kali ini tidak lama, hanya satu minggu setelah pertemuan terakhir mereka dimana Jimmy menguak hal yang selama ini Ia sembunyikan sendiri dan Sea yang selalu ada untuk Jimmy. Intensitas mereka dalam bertukar pesan juga tidak banyak, tapi setidaknya ada.
Jika dibandingkan dengan Jimmy dan Sea beberapa bulan lalu, saat Jimmy belum sibuk dengan skripsi dan pekerjaannya, tentu sangat jauh. Saat itu Jimmy bisa menghabiskan waktu dengan Sea setiap hari, setiap detik pun bisa mereka lakukan.
Bisa dikatakan jika sekarang Sea sudah terbiasa dengan Jimmy yang suka menghilang. Sea percaya pada Jimmy bahwa tidak akan ada hal buruk yang menimpa mereka. Jimmy hanya sibuk, banyak sekali hal yang harus Jimmy handle dan Sea memahami semua itu.
“Aku kangen kamu, tau!” ujar Sea saat berada dipelukan Jimmy. Tadi Sea berlari begitu melihat Jimmy berada di depan pintu apartemen nya lagi.
Jimmy tertawa mendengarnya, “saya juga kangen sekali sama kamu. Ayo masuk, saya bawakan makanan.”
Sea tersenyum melihatnya. Sisi ini lah yang selalu Sea sukai. Sisi hangat Jimmy yang jarang diperlihatkan kepada siapa pun. Orang mana pun yang melihat sisi Jimmy ini pasti akan jatuh cinta dengannya.
Makan sore menjelang malam kali ini sangat menyenangkan. Jimmy dan Sea berbagi cerita selama seminggu terakhir. Sea menceritakan minggu UAS yang sudah Ia lewati dengan baik, menceritakan Piploy yang selalu menemaninya setiap hari.
“Sidang kamu setelah aku UAS kan ya, kak?” tanya Sea.
Jimmy mengangguk, “kemungkinan awal bulan depan. Aku udah izin ke kantor sih gak masuk seminggu untuk persiapan sidang ini.”
Sea bertepuk tangan heboh, “yeay ! I'll be there! Gak sia-sia juga ninggalin aku kalau skripsi dan pekerjaan kamu lancar semua.”
Jimmy terdiam mendengarnya. “Eh maaf.. aku gak serius dengan hal itu, kak. I'm really happy for you to finally achieve your goals,” ucap Sea saat melihat air wajah Jimmy mulai berubah.
Jimmy mengangguk, “saya paham, Sea. Thank you, Sea. Thank you for staying here although you've seen my flaws. ”
Sea mengerucutkan bibirnya mendengar itu, “everyone has their own flaws, kak. That's okay. You're human too. Please keep in mind that you're not alone, you'll always have me.”
***
Persiapan sidang benar-benar membuat Jimmy menjadi Jimmy yang sebelumnya. Jimmy yang hampir ada bersama Sea setiap waktu. Jimmy yang akan menghabiskan waktu dari matahari terbit sampai matahari sudah berganti dengan bulan pun Sea masih setia berada di sebelahnya.
Keadaan seperti ini lah yang Sea inginkan. Sea tidak perlu khawatir dengan apapun yang Jimmy lakukan karena Jimmy bersamanya hampir setiap saat. Jimmy akan selalu menjemputnya untuk aktivitas yang akan lakukan hari itu dan berakhir di apartemen Sea jika belum terlalu larut. Tidak jarang Jimmy juga menginap.
Di hari H sidang akhir Jimmy, Sea berada disana menemani sejak awal sampai akhir. Sea pun ikut merayakan keberhasilan Jimmy melewati sidang akhir, yang juga merayakan teman-teman Jimmy seperti Kak Force dan Kak Book, kakak tingkat Sea selama di BEM dan Kak Namtan, sahabat Jimmy sejak kecil. Hari itu menjadi hari yang membahagiakan bagi semua orang terutama Sea.
Everything feels right and is in the right place. Everything seems so perfect for Sea, because he has Jimmy on his side .
but Sea forgot that happiness doesn't come alone.
Jimmy kali ini kembali bekerja, kali ini secara penuh, benar-benar penuh. Semua atensi Jimmy Ia fokuskan di pekerjaan.
Tidak terhitung berapa kali Jimmy harus pergi ke site dan Sea yang harus terus menunggu Jimmy dan terkadang berlarut dengan kekhawatiran yang berlebih.
Sudah masuk ke bulan sepuluh hubungan mereka, sudah lebih dari satu tahun mereka saling mengenal. Bagi Sea, Sea sangat mengenal Jimmy. Bagi Sea, tidak ada yang mengenal Jimmy lebih dari siapapun.
happiness comes with something he has to pay for .
Jika dibilang Sea adalah orang yang paling mengenal Jimmy, maka sekarang pikiran itu salah besar.
Jimmy menjadi orang yang paling tidak Sea kenali .
Sea menghela nafas, mencoba menenangkan pikirannya sendiri yang sekarang sudah berpikir kemana-mana.
“Putus aja sih kalau dianya gak jelas,” ucap Piploy sambil menyeruput es yang baru saja dibelinya, “you're losing yourself when you love him, Sea. This isn't you. ”
Sea tidak peduli dengan perkataan Piploy. Kepalanya sekarang hanya berisi dimana Jimmy sekarang.
“It's been a month, Sea. For fuck sake. Emang di site tuh se gak ada sinyal apa, sih?”
“He must have his own reason, Ploy. Gak apa-apa, gue ngerti.”
Piploy mendengus, “alesan apa sih yang lu ngerti kalau dia aja gak muncul selama sebulan? Gak ngabarin lu? Gak nelpon atau ngirim pesan apapun? Mikir, Sea. Coba dipake dulu itu otaknya.”
“Gue kasih tau, ya, gue juga punya temen yang kerja di site. Pertambangan, proyek apapun yang sipil, apapun. Mereka masih aktif instagram, masih aktif update di sosmed mereka, bahkan masih ada yang sempet pacaran.”
Sea terdiam mendengar perkataan Piploy. “Ini semua masalah kemauan, Sea. Masalahnya Kak Jimmy mau gak? Dengan dia menghilang selama sebulan tanpa kabar sedikit pun, menunjukkan kalau dia gak mau. Lu tuh bukan prioritasnya atau bahkan gak ada dalam daftar prioritas dia,” lanjut Piploy yang suaranya sudah mulai gemetar.
“Dia pasti punya alasannya sendiri, Ploy. Pasti ada yang gue gak tau. Mungkin aja dia kesusahan tapi belum diceritain ke gue? Kan kita gak tau apapun yang dialami dia,” bela Sea.
Piploy menghela nafas, lelah, “kalau dia sayang sama lu beneran, lu adalah orang yang pertama kali dia cari disaat dia sedang merasa susah.”
Sea terdiam, tidak bisa menjawab perkataan Piploy setelahnya.
“Hai, adik-adik. Lesu banget kalian!” sapa seseorang di belakang Piploy. Sea dan Piploy melihat ke arah suara. Namtan dan Book, teman terdekat Jimmy.
“Hai, kak. Tumben ke kampus? Ngapain?” tanya Sea basa-basi.
“Oh, bosen aja kita di rumah. Lagian weekdays gini jalanan sepi, enak buat jalan-jalan mumpung belum kerja. Nunggu wisuda juga masih beberapa bulan lagi,” jelas Force.
“Bener. Harusnya kita ikutin Jimmy ya yang udah kerja di semester akhir, jadi nunggu wisuda juga dia udah kerja. Seru, deh,” timpal Namtan.
Mendengar nama Jimmy disebut, Piploy bertanya, “oh, iya juga ya. Kak Jimmy tuh lagi di site ya berarti?”
Namtan mengernyit bingung, “di site apaan? Udah balik dari minggu lalu dia. Lagi di rumah orang tua nya kemarin dia bilang.”
Piploy mengangguk-angguk, “oh, sering ngabarin ya Kak Jimmy?”
Namtan mengangguk, “gak ngabarin yang detail, sih. Tapi orangnya kalau ditanyain life update jawab, kok.”
“Loh emang kamu gak tau Sea kalau Jimmy di rumah orang tua nya?” tanya Book yang melihat ekspresi tidak enak dari Sea.
Belum sempat Sea menjawab, Piploy sudah menyela, “Sea udah gak dihubungin sama Kak Jimmy dari sebulan yang lalu sih, kak.”
Mendengar itu, Namtan dan Book terlihat sangat kaget, “wah kacau, kumat tuh orang,” ucap Namtan.
“Gebukin ayo?” tanya Book yang tangannya sudah men-dial nomor Force, mengatakan ada hal urgent yang membuat mereka harus berkumpul.
Sebelum Namtan dan Book pergi, Sea menahan tangan Namtan, “jangan diapa-apain Kak Jimmy nya, kak.”
Namtan menepuk pundak Sea pelan, “itu urusan kami ya, Sea. Aku cuma mau menyampaikan supaya kamu jaga diri sendiri. Kamu itu lebih penting dari apapun, kamu lebih penting dari Jimmy. Oke?”
Sea belum paham maksudnya apa, tapi Ia mengangguk.
Piploy menepuk lengan Sea, “did you hear what she said ?”
“Even his friend says that you need to take care of yourself, Sea. You're too attached to him, don't you realize?” ucap Piploy. “Be with someone who will come to you when things go hard, not the one who'll drop you first. If you really mean a lot to him, he'll never drop you first,” lanjut Piploy lalu mulai menghabiskan makanannya.
Satu minggu setelah pertemuan Sea dengan Namtan dan Book, Jimmy pun masih belum memunculkan batang hidungnya.
Kekhawatiran Sea sudah diujung tanduk. Berkat bantuan Piploy, hari ini Sea akan mendatangi apartemen Jimmy. Ada atau tidak orangnya, Sea harus memastikannya sendiri meskipun Sea sendiri tidak yakin apakah Jimmy sudah kembali atau masih berada di kediaman orang tua nya yang tidak Sea ketahui di mana.
Piploy melirik ke arah Sea yang sudah bergerak dengan gelisah. Tubuhnya tidak bisa berdiam, bergerak kesana-kemari membuat Piploy harus menyadarkan Sea beberapa kali, mengaja Sea agar tetap tenang. Apapun hal yang akan Sea hadapi nanti, Piploy akan menemaninya.
Sea mengetuk pintu apartemen Jimmy yang ajaibnya langsung dibuka dalam sekejap.
“Udah dateng, Fo— Sea?”
Jimmy terdiam melihat Sea berada di depan pintu apartemen nya. Bukan ini yang Jimmy rencanakan, harusnya yang datang adalah Force, sahabatnya, bukan Sea.
“Long time no see, Kak Jimmy,” ucap Sea seraya memberi tanda untuk Piploy memberikan mereka waktu berdua.
“Kamu kemana aja selama ini?” tanya Sea saat mereka sudah berada di dalam apartemen Jimmy.
Jimmy menghela nafas, “saya sibuk banget, Sea. Hectic parah, a lot of unexpected things happened and I have too much on my plate .”
“Kenapa kamu gak hubungin aku sama sekali? I always try to reach you out .”
Jimmy menatap Sea dengan pandangan sedih, “ I'm a mess, Sea. I don't want you to see this side of mine. I don't want you to get hurt . Aku gak mau nyakitin kamu, Sea.”
Sea balas menatap Jimmy, “but don't you realize your act is hurting me? Don't you think it's not hurt not knowing where you have been, what you've been through all by yourself?”
“I'm sorry , Sea. Maaf, it's all on me. I'm at fault. ”
“I don't need your sorry, kak.”
Mendengar itu Jimmy berlutut di hadapan Sea, “maafkan saya untuk hal yang satu ini, Sea. Saya mohon.. saya butuh kamu.”
“Kalau kamu butuh aku buktiin. Aku adalah orang yang pertama kali kamu buang disaat kamu kesusahan, kak. Sadar gak kamu?”
Mendengar itu Jimmy kembali memohon, menggenggam tangan Sea dengan erat, berharap Sea mau memaafkan dan mengerti.
“Maaf, saya salah berpikir saya bisa menjalankan ini semua tanpa kamu. Nyatanya saya tidak bisa. Tapi saya juga gak sanggup, Sea. Saya terlalu terbiasa untuk menyimpan semuanya sendiri. Rasanya menyedihkan, Sea, untuk menceritakan semua yang saya alami. Saya tidak mau terlihat lemah apalagi depan kamu.”
Mendengar itu, Sea terenyuh, “bangun, kak,” ucapnya seraya menarik Jimmy untuk kembali berdiri.
Sea membawa Jimmy ke dalam pelukannya, “I've told you, you'll always have me, right? I mean every single word of it. Kamu selalu punya aku, kak. Kamu selalu bisa berbagi apa pun itu ke aku.”
Dan lagi, Sea yang harus mengalah, Sea yang harus mengerti. Karena hanya dengan ini Sea bisa terus menggenggam Jimmy dalam genggamannya.
***
“Lu tuh yang seharusnya sadar kalau dia udah buang lu dari awal,” Piploy mulai meninggikan nadanya dalam perdebatan mereka kali ini.
“Ploy lu tuh gak ngerti,” ujar Sea.
“Apa lagi yang harus dingertiin, Sea? Dari awal, dia emang brengsek. Gue udah kasih peringatan ke lu dari awal. I never thought you'd get swayed by him but you did. Then you fall for him, you date him, and now you're losing yourself because of him. ”
“Sea, I respect your decision to date him but it doesn't mean I'll stay still seeing you hurting yourself just to keep him. Is he worth all your kindness? All your effort for him? Does he deserve all the love you gave him ?”
Sea terdiam mendengar ucapan Piploy. Semua itu ada benarnya.
“He even forgot your anniversary date. What else he'll forget? You? He definitely forgot that he has a boyfriend who's losing themselves just to love someone like him.”
Sea mencerna perkataan Piploy. Dua bulan terakhir dimana Jimmy juga tetap sama, menghilang dengan alasan sibuk, membuat Sea banyak berpikir.
Sea sadar Ia tidak pantas diperlakukan seperti ini. Sea sadar bahwa semua yang Ia punya dengan Jimmy sudah tidak sehat. Sea bahkan sudah tidak tau harus memberi label apa untuk apa yang Ia dan Jimmy punya sekarang.
Sea tau dan sadar betul jika dia harus melepaskan Jimmy untuk kebaikan keduanya .
“Iya gue paham, Ploy,” jawab Sea.
“Paham, paham. Dari sebelum pacaran juga lu ngomong paham, ujungnya lu pacarin. Sekarang lu begini, diapain sih lu sama dia?” gerutu Piploy.
“Ploy, gue tau dan sadar apa yang Kak Jimmy lakuin ke gue tuh sangat parah dan gak seharusnya dia begitu. I know I don't deserve all of the shits he gave me. I know I deserve better, I deserve better things than him,” ucap Sea.
Piploy mendengus, “lu udah senyusruk apa sampai akhirnya sadar?”
“Yah mulai deh rese.”
Piploy tersenyum, “gue tuh sayang banget sama lu tau, lu sahabat gue satu-satunya di kampus. Gue jagain terus, ya gue gak terima lah temen gue disakitin sama ondel-ondel!” ujar Piploy.
Sea tertawa mendengarnya, “this time I'll make it right, I promise.”
Making things right doesn't mean Sea needs to see his man, Jimmy, who leaves him alone, kissing another girl while she sits on his lap.
And that's when Sea realizes the castle crumbles.
The castle, Jimmy and Sea castle, was broken a long time ago, but today, when Sea sees Jimmy kissing another girl intensely in a bar, that's the time when their castle is crumbling down.
No one could be saved from that.
Malam ini Sea berencana untuk menyelesaikan apapun yang Ia dan Jimmy miliki. Berkat bantuan Namtan, Sea tau dimana lokasi Jimmy sekarang. Namtan bilang malam ini mereka akan berkumpul di tempat tersebut.
Sebuah bar di kota. Sea berangkat tidak terlalu malam karena Ia harus datang sebelum teman-teman Jimmy datang, tanpa berekspektasi dengan keberadaan Jimmy disana sedang mencium perempuan lain yang berada di pangkuannya.
Sea yakin betul bahwa bar ini baru buka satu jam yang lalu. Belum banyak pengunjung yang datang. Tapi Sea sudah melihat Jimmy berciuman dengan gelas alkohol yang juga berada di meja depan Jimmy.
Beruntungnya Sea berangkat menggunakan taksi. Hal yang pertama kali dilakukannya adalah menghubungi Piploy, memintanya untuk menjemput Sea. Piploy yang mendengar Sea gemetar tidak banyak bertanya dan langsung menjemput Sea, memastikan sahabatnya aman.
Piploy datang dan langsung membawa Sea ke bangku penumpang. Piploy memeluk Sea saat mereka sudah berada di dalam mobil.
Dalam pelukan Piploy, Sea menangis. Tangisan erangan. Tangisan yang mencakup semua. Amarah, kekecewaan, rasa sakit yang sudah Sea tahan berbulan-bulan. Piploy tidak pernah melihat Sea menintikkan air mata sedikit pun. Tapi malam ini, pada akhirnya air mata itu keluar. Air mata yang bercampur dengan jeritan, membuat siapapun yang mendengarnya bisa ikut merasakan sakit yang selama ini Sea tahan.
Sea yang selalu menoleransi semua perlakuan Jimmy, Sea yang selalu mencoba memahami Jimmy walaupun itu semua sulit dan membingungkan bahkan untuk dirinya. Sea yang memberikan segalanya untuk Jimmy. Sea yang memberikan hidupnya untuk Jimmy. Semua itu berhasil dihancurkan hari ini setelah berbulan-bulan Sea mencoba menjaga semua sendirian.
Memang hal yang seharusnya dijaga oleh dua orang tidak akan bertahan jika hanya satu yang berusaha.
Piploy tidak berani bertanya ada apa. Yang Ia tahu, hati Sea sudah hancur berkeping-keping. Entah bagaimana nantinya, Piploy hanya bisa berharap semoga sahabatnya ini bisa menyembuhkan dirinya sendiri dan Ia akan dengan senang hati menemani Sea melewati masa-masa menyembuhkan dirinya dulu.
Chapter Text
Jimmy mengernyit melihat seseorang yang menunjuk-nunjuk ke arahnya. Jimmy jelas bisa melihat ada yang sedang membicarakan dirinya dan teman-temannya dari ujung sana.
“Force, Force. Liat anak di ujung itu gak? Lu kenal?”
Force mengernyitkan matanya, “yang lagi ngobrol disana?”
Jimmy mengangguk, “iya, siapa tuh? Ada yang cakep kayaknya.”
Jimmy merasakan lengannya dipukul oleh sahabatnya, Namtan, “gausah aneh-aneh atau lu yang gue hukum, ya.”
Jimmy tertawa, “yaelah, nama doang.”
“Sea ketua Humas angkatan gue dan Piploy, sahabatnya. Jangan sampe lu sentuh ya atau lu gue geprek. Gue serius nih,” ujar Force.
“Posesif amat, siapa sih lu emangnya?” ledek Jimmy yang langsung mendapat pukulan di lengan satunya dari Book.
“Gue setuju ya sama Force. Jangan macem-macem lu sama Sea dan Piploy. Dua-duanya anak kesayangan gue,” ujar Book bergabung dengan obrolan teman-temannya.
“Aman,” jawab Jimmy sembari mengacungkan jempol.
Aman, kata Jimmy sebelumnya. Tapi kalau untuk berkenalan secara langsung karena Jimmy tidak sengaja bertemu di kantin, tidak masalah, bukan?
First impression Jimmy terhadap Sea adalah, lucu. Lucu dalam dua artian. Lucu funny dan cute . Semuanya ada dalam diri Sea.
Tapi, ternyata Sea tidak seburuk itu karena Sea ini tipe yang mudah untuk diajak mengobrol banyak hal dan Jimmy sangat senang untuk bisa mendengar hal-hal baru dan sebuah sudut pandang baru dari Sea.
Jadilah pada hari itu, Jimmy mengajak Sea untuk bertukar nomor telepon dan mulai sering mengajak ngobrol Sea.
Sedikit mengagetkan bagi Jimmy karena sepertinya Sea tidak benar-benar mengenal Jimmy selain sebagai panitia cabutan komdis tahun ini.
Sebenarnya bagus, Jimmy bisa berkenalan dengan lebih baik pada Sea. Berbeda jika orang tersebut sudah mendengar siapa itu Jimmy. Mereka pasti langsung melihat Jimmy dengan pandangan remeh.
Secara akademik, Jimmy sangat pintar, nyaris sempurna. Jimmy juga tampan, Ia tahu kalau Ia tampan dan disini lah masalahnya.
He messed around with people because he's handsome .
Dibalik Jimmy yang kaya dan pintar, dirinya hanyalah seseorang yang kesepian. Jimmy tau dia tidak bisa mengandalkan teman-temannya terus menerus, maka dari itu Jimmy tahu, dia butuh pasangan.
Masalah kedua, Jimmy tidak mau berpacaran. Dia anti berpacaran, bukan anti romantic .
He'll flirt and then if he feels like he's enough, he'll go to another woman just to flirt, again. It comes into a circle . Jimmy sudah berada di lingkaran ini sejak memasuki dunia perkuliahan.
Sebenarnya teman-teman Jimmy sudah sering menegur dirinya untuk yang satu itu, tapi Ia tidak terlalu menghiraukan. Toh, semua tetap terasa menyenangkan bagi Jimmy.
Sebenarnya, alasan dari apa yang Jimmy lakukan itu sederhana. He's afraid to get too attached to people. Even to his close ones like his friends. That's why he looks for fun and companionship from other people because he's afraid to get too attached to his friends.
Jimmy tidak pernah berpacaran dengan orang yang dekat dengannya. Mereka semua tidak akan Jimmy dekati lebih dari tiga bulan, pun Jimmy memang akan mencari mereka saat Jimmy butuh teman saja.
Karena bagi Jimmy, being in love means you’ll give yourself to them. Jatuh cinta bahkan tidak ada dalam kamus Jimmy karena bagi dirinya itu sangat menakutkan. Jimmy sendiri juga tau jika jatuh cinta bisa saja menghancurkan dirinya.
Jadi, Jimmy memilih untuk tidak jatuh cinta dengan siapa pun untuk menjaga dirinya dari kehancuran. Sebagai gantinya, dirinya lah yang menghancurkan hati orang-orang yang telah jatuh padanya.
***
“Stop ngajak kita ke kantin sastra, ya. Gue tau makanan disini enak, tapi bukan berarti kita makan disini terus udah hampir sebulan!” protes Namtan saat melihat mereka mendatangi kantin yang sudah mereka datangi hampir sebulan ini, setiap harinya.
Force menunjuk ke arah Jimmy berjalan, tempat duduk Sea dan Piploy.
“Ngapain lagi sih tuh anak!!!” ujar Namtan frustrasi.
“Dia gak ngincer Piploy, kan?” tanya Book.
Namtan menggeleng, “dia kayaknya ngincer Sea, deh.”
Book mengernyit, “beneran?”
Force menggeleng, “asal ngomong itu Namtan. Kayaknya Jimmy seneng liat Sea karena kayak sosok adik kali, ya? Jimmy kan selalu pengen punya adik.”
“Lah, adek-adekan mah banyak kali di fakultas kita juga,” ucap Book.
“Pertanyaan gue, dibanding Sea yang kalem dan anak teknik yang kita semua tau kayak gimana, kalian sendiri milih mana?” tanya Namtan.
Sore itu dihabiskan oleh ketiga orang tersebut untuk berdiskusi terkait Jimmy dan Sea sembari sesekali melirik apa yang Jimmy lakukan di meja Sea dan Piploy.
***
Jimmy tahu untuk yang satu ini, Ia memang tidak salah menilai orang. Sea berbeda. Sea adalah sosok yang menyenangkan dan Jimmy tidak mau menjadikan Sea sebagai sosok yang hanya menemani Jimmy sebentar saja karena semakin lama Jimmy menghabiskan waktunya semakin Jimmy merasa semua hal terasa lebih mudah dan menyenangkan.
Jimmy banyak melakukan hal yang Ia tidak pernah lakukan kepada orang lain. Jimmy menjemput dan mengantar Sea pulang, Jimmy makan bareng dengan Sea jika jadwal mereka sedang bersamaan dan jika tidak bisa pun, Jimmy akan selalu mengusahakan.
Jimmy mengusahakan semua hal yang terbaik demi Sea, hanya untuk Sea. Sea adalah orang yang baik bagi Jimmy, jadi Sea juga berhak mendapatkan sisi terbaik Jimmy.
“Lu tuh naksir ya sama Sea?” tanya Namtan saat mereka sedang berkumpul. Jimmy yang sedang berdiskusi dengan Book menoleh, “ngomong apaan sih, Tan?”
“Book coba deh lu sadarin temen lu biar gak goblok,” ujar Namtan.
Book menghela nafas, “lu jatuh cinta ya, Jim?”
Jimmy mendengus, “lu berdua kenapa sih? Force, kenapa ni orang berdua?”
“Tapi gue setuju sama mereka, Jim,” jawab Force. “ We're happy to see you falling in love , apalagi orangnya Sea.”
“Kok jadi Sea sih?”
Namtan memukul lengan Jimmy yang menghasilkan bunyi mengaduh, “lu tuh gak sadar ya empat bulan ini menghabiskan waktu lebih banyak sama Sea? Bahkan saat kita lagi kumpul pun lu bahas Sea, Sea begini, Sea begitu. Semua topik obrolan lu berputar di Sea,” jelas Namtan.
Jimmy mengernyit bingung, “apaan sih, gak paham gue.”
“Lu tuh udah mulai buka hati lu buat Sea, Jim. Jangan tolol kelamaan lah, kita semua yang greget liatnya,” Force menimpali.
Jimmy terdiam sejenak. Betul jika Jimmy lebih menghabiskan waktunya bersama Sea karena bagi Jimmy, Sea adalah orang yang akan selalu menerimanya, dalam keadaan apapun.
Sea juga memberikan kenyamanan yang selama ini Jimmy cari dan Jimmy tau Ia tidak bisa menemukannya di orang lain.
Sea adalah pendengar yang baik. Sea selalu memeluk Jimmy yang sedang merasa sedih, saat Jimmy sedang merasa kehilangan dirinya dan Jimmy tidak mau kehilangan pelukan itu, pelukan yang selalu terasa seperti rumah .
“ You're definitely falling for him ,” ucap Book melihat air wajah Jimmy yang tersenyum tiba-tiba.
“ This isn't the same as before, Jim. He's different from others. You know that, right ?” Jimmy mengangguk mendengar pertanyaan Book.
“Gue dan Book siap bogem lu kalau lu berani nyakitin Sea, Jim,” tambah Force.
Jimmy menggeleng, “gak akan.” Jimmy yakin jika Sea adalah bahagia-nya, jadi, Ia akan mengejar kebahagiaannya, yaitu Sea.
***
Satu hal yang Jimmy lupa, dalam lubuk hatinya ketakutan itu tetap ada. Jimmy sudah berpacaran dengan Sea, Jimmy sudah mengakui kalau dirinya mencintai Sea, sangat. Bahkan Jimmy merelakan banyak hal untuk Sea.
Jimmy melakukan banyak hal yang pertama dengan Sea. Semua terasa menyenangkan, tapi, semakin Jimmy menghabiskan waktu dengan Sea, semakin Jimmy mencintai Sea, bayang-bayang Sea akan menghancurkan dirinya.
Di kepala Jimmy, Sea akan pergi saat mengetahui seluruh kehidupannya, Jimmy yang sebenar-benarnya.
Jimmy tubuh sendirian, hanya dibantu oleh bibi di rumah. Jimmy tumbuh tanpa kasih sayang kedua orang tua nya yang selalu sibuk. Orang tuanya hanya pulang untuk menanyakan progress belajar Jimmy, bagaimana Jimmy harus berperilaku. Membentuk Jimmy agar menjadi pribadi yang sempurna, tanpa menyadari banyak yang salah dari diri sang anak.
Jimmy tumbuh dengan banyak tuntutan tanpa apresiasi. Jika saat kecil rumahnya selalu kosong, beranjak dewasa, Jimmy selalu pulang dengan rumah yang berantakan, Jimmy selalu melihat ibu nya menangis, sakit hati akan apa yang ayah nya lakukan dan pada akhirnya kedua orang tuanya berpisah saat Jimmy berada di bangku sekolah menengah.
Jimmy kecil hanya punya satu orang teman, Namtan namanya. Sejak berada di Sekolah Dasar, Namtan selalu mengikutinya kemana pun. Namtan yang selalu mengajaknya main. Namtan kecil juga sering mengajari Jimmy untuk menangis, berakhir dengan tubuh Jimmy yang memar karena banyak cubitan dari Namtan. Jimmy kecil selalu gagal untuk menangis.
Dari sekian banyak orang yang Jimmy kenal sekarang, hanya Namtan yang paling tau masalah keluarga Jimmy dan semua yang sudah Jimmy kecil lalui. Sejak berada di bangku Sekolah Menengan Atas, mereka sepakat untuk tidak pernah membicarakannya lagi.
Jimmy tau betapa sang ibu mencintai sang ayah, akan tetapi sang ayah hanya menghancurkan sang ibu. Lalu sejak itu Jimmy belajar bahwa tidak ada yang namanya cinta di dunia ini. Cinta adalah hal yang berbahaya. Cinta hanya dirinya sendiri, seperti sang ibu yang hancur karena terlalu mencintai sang ayah.
Tapi, pemahaman tentang hal itu perlahan berubah. Jimmy melihat Sea sebagai sebuah bentuk dari cinta. Sea yang hangat, Sea yang selalu menerima Jimmy, Sea yang selalu merengkuh Jimmy dalam keadaan apapun, bahkan saat Jimmy merasa Ia sedang jatuh ke lubang tak berujung.
Sayangnya, Jimmy tidak benar-benar menunjukkan siapa dirinya. Se terbuka apapun Jimmy dengan Sea, Jimmy hanya menunjukkan sepersekian persen dirinya pada Sea, takut jika dia terlalu membuka dirinya pada Sea berakhir Sea yang akan pergi dan membuat diri Jimmy terluka.
Lagi dan lagi, Jimmy membiarkan dirinya tenggelam dengan pikirannya sendiri. Menyibukkan diri, melakukan apapun tapi Ia lupa bahwa ada Sea yang juga menunggunya.
Sangat menguntungkan bagi Jimmy memiliki alasan pekerjaan, Jimmy harus pergi dari satu tempat ke tempat lain, melakukan instalasi terkait kelistrikan yang saat ini menjadi pekerjaannya. Pergi ke luar kota untuk beberapa saat dan menetap di site. Setidaknya, hal ini bisa Jimmy jadikan alasan .
Di sisi lain, Jimmy sangat merindukan Sea. Jimmy rindu dengan tubuh hangat yang akan terus merengkuhnya bahkan saat dunia sedang tidak baik-baik saja.
Tapi, keadaan Jimmy sekarang tidak terlalu baik. Jimmy terkadang harus kembali ke rumah orang tuanya —ibunya— yang sudah pasti tidak ada di rumah, kembali sibuk dengan dunianya.
Pada akhirnya, Jimmy akan selalu berakhir sendirian.
Dan di saat itu lah, Jimmy akan pergi ke tempat Sea, mencari sebuah kehangatan yang selama ini Ia butuhkan karena Jimmy tau, Sea akan selalu ada dan merengkuhnya seperti sebelumnya.
***
“ I know you're an asshole but I think you'll stop after dating Sea ,” ucap Namtan saat tiba di kamar Jimmy yang berada di rumah orang tua nya.
“ Hello, I guess ?” jawab Jimmy.
Namtan melempar bantal dihadapannya, “ stop acting stupid, I hate seeing this side of you .”
Jimmy tersenyum, “ thank you, I hate myself before everyone .”
Namtan menghela nafas, “ not talking to Sea for a month when you're dating him? What is wrong with you, Jim? Seriously ?”
Jimmy mengangguk paham, pada akhirnya Namtan pun pasti tau. Tidak mungkin Namtan akan menyetir lima jam dari pusat kota ke daerah rumah mereka saat kecil jika hal itu tidak terlalu penting baginya.
“Jim, mind talking about it ?”
Jimmy menghela nafas, “ I met papa after years ,” ucapnya. Namtan terdiam. Sudah lama tidak mendengar kata itu keluar dari mulut Jimmy.
“ You know how he always pushes me to be perfect, Tan. You know how he'll do anything to get what he wants, for me to achieve his goals because he couldn't do it ?”
“ He haunts me by text and call, even after I blocked him. Then suddenly I met him in one of my clients' offices. The client is his romantic partner now. ” Jimmy tertawa, “kok bisa ya dia terlihat gak apa-apa setelah merusak mama dan gue sebegininya? Apa dia gak pernah merasa bersalah sedikit pun?”
Jimmy menatap Namtan, pandangan pilu, tatapan yang Namtan lihat adalah tatapan yang sama dengan apa yang Namtan lihat saat Jimmy membicarakan terkait perpisahan orang tuanya.
“ And you know what he said in front of people? In front of my own client? He said I'm a failure .”
“Gue lagi berantakan banget, Tan. Gue gak mungkin nunjukkin diri gue yang ini di depan Sea,” ucap Jimmy.
“ But Sea deserves to know everything, you have to try to explain it to him, ” Namtan mengambil tempat di sebelah Jimmy, “Lu tuh butuh Sea, Jim. Lu butuh dia sebagai tenang lu.”
“Dateng ke Sea disaat gue lagi berantakan kayak gini cuma bikin dia ninggalin gue, Namtan.”
“Lu bisa gak sih gak asal ngomong? Lu tuh bukan Sea, you're not even in his shoes .”
“ You're not even in my shoes either, none of you does .”
Hening menyelimuti Jimmy dan Namtan.
“ I feel like I should never start this relationship. I hold him too long, he deserves to be with someone who's stable enough to love him, no? ”
Oh how Namtan always wants to punch Jimmy everytime he says that, but she couldn't do anything but stay still.
“ So you're gonna break up with him ?”
Dan Jimmy tidak pernah menjawab pertanyaan itu.
***
Sepertinya Jimmy menenggak alkohol terlalu banyak karena pukulan dari Book dan Force sama sekali tidak terasa sakit.
“Kalian ngapain sih?” adalah pertanyaan Jimmy saat Force dan Book sudah selesai memukulinya.
“Lu sadar gak sih anjing lu ngapain? Bogem gue dan Book waktu itu kurang? Kita harus menyadari lu kayak gimana lagi?” tanya Force.
Jimmy bingung, bukannya tadi Ia sedang mencium Sea?
“Tadi gue lagi cium Sea, pacar gue! Kenapa lu semua misahin gue sama Sea!” ujar Jimmy.
Book mengerutkan keningnya, “wah sakit beneran ni orang.”
Force menyiram wajah Jimmy dengan air mineral, entah didapatkan dari mana, “lu cium orang lain, anjing. Lu bukan cium Sea. Sea bahkan gak ada disini.”
Jimmy terdiam, merasakan sakit di kepala akibat alkohol dan pukulan yang dilayangkan Book dan Force.
“Udah sadar belum lu?” kini giliran Namtan yang bertanya.
Jimmy menggeleng, “Sea mana? Bukannya dia sama gue dari tadi?”
Namtan menggeleng, “makanya gue bilang, berobat yuk sebelum terlambat.”
Jimmy menggeleng, tidak terima. Jelas Ia tadi bersama Sea, mengapa semua teman-temannya membohongi dirinya?
Force menepuk pundak Jimmy, “malem ini stay di tempat gue ya semuanya. We need to talk , the serious one. All of us had enough with this,” yang mendapat anggukan dari Namtan dan Book.
Jimmy tidak tau situasi apa yang terjadi sekarang. Intinya, Jimmy merasa sedang dipojokkan.
“Jadi, udah berapa lama gak kontak Sea lagi?” tanya Book.
Jimmy melirik Namtan, meminta bantuan, yang dihadiahi tatapan tajam. Jimmy harus menghadapi ini semua sendirian.
“Jim, we all care about you, okay ? Kita gak mau temen kita jadi bangsat,” ucap Force.
“Gue lupa tepatnya udah berapa lama, kayaknya sebulan.. lebih,” jawab Jimmy terbata.
Jimmy dapat mendengar helaan napas dari Force dan Book, “Okay gue dan Book memang gak tau detail apa yang telah lu lalui, kami hanya tau gambaran besarnya. You don't want Namtan to tell us the details and that's okay , gue gak tau lu maunya gimana dan kita gak mau memaksakan apapun,” ucap Force.
“Tapi bukan berarti lu bisa seenaknya nge- keep dia di hidup lu when you don't even care about him ,” lanjut Force.
Jimmy terdiam. Force benar, Jimmy sudah terlalu lama mengikat Sea dengannya. Sea harus bebas. Jimmy jelas bukan orang yang pantas untuk bersanding dengan Sea.
Tidak dengan keadaan Jimmy yang sekarang.
“Putus, Jim. You keep him way too long, everyone has their own limit. Itu satu-satunya yang akan berhasil dilakukan sekarang,” ucap Force final.
***
Jimmy bangun dengan jiwa yang sebenarnya sudah tidak ingin untuk bangun. Jimmy tidak mau untuk menghadapi apa yang akan terjadi. Jimmy belum, tidak pernah siap. Tapi Jimmy tahu, Ia harus.
Disini lah Jimmy sekarang, di depan pintu apartemen Sea, tempat yang sudah lebih dari satu bulan tidak Jimmy kunjungi.
Satu tahun lebih berpacaran dengan Sea tentu banyak memberikan kebahagiaan untuk Jimmy. Seharusnya Ia sadar bahwa dirinya tidak boleh terus menerus tenggelam dalam pikirannya sendiri.
Sea selalu berkata bahwa Jimmy akan selalu punya Sea, dan Sea selalu menepati semua perkataannya. Jimmy lah yang tidak bisa menepati semua perkataannya disini. Jimmy lah yang bersalah atas semuanya.
How Jimmy thinks he almost have it all. He has the love he's always asked for. He has someone he needs, who'll always be with him through ups and downs. Someone who'll never leave him after seeing his true self. Jimmy is the one who ruined everything.
Pintu dibuka setelah tiga ketukan. Bukan Sea yang muncul, melainkan Piploy. Piploy menatapnya dengan tatapan tidak suka. Jimmy paham. Jimmy pun tidak suka dengan dirinya sendiri.
“Masuk, kak,” ucap Piploy. Jimmy bersyukur setidaknya Piploy tidak mengusirnya.
Jimmy melihat Sea duduk di sofa depan tv, “Sea,” panggilnya.
Jimmy mensejajarkan tubuhnya dengan posisi Sea. Sea terlihat sangat berantakan membuat hatinya sakit.
“Kamu ngapain disini?” suara yang biasa menyambutnya dengan hangat kini terdengar dingin. Hati Jimmy rasanya remuk saat mendengar hal itu.
But Jimmy deserves it.
“Sea, ada yang mau saya bi—”
“Kita udah selesai, kak,” Sea memotong perkataan Jimmy, menoleh ke arah Jimmy, “ it's over when I saw you kissed another girl last night. ”
“Sea..”
Sea tertawa, “aku tuh kurang apa ya kak buat kamu? I've tried to understand you, I tried to understand everything and didn't ask much even though I was also confused. I was confused with your act, why you're being like that. I even questioned what we had. Are you still my boyfriend? Does our relationship ever exist in the first place? ”
“ You always said I mean a lot to you, you always said you love me but your act says otherwise. Do I really mean a lot to you? Do you ever love me? Or am I just like the others ?”
Jimmy terdiam. Tidak bisa menjawab apapun, lidahnya kelu. Ingin rasanya Jimmy berteriak bahwa itu tidak benar. Bahwa Jimmy mencintai dan akan selalu mencintai Sea. Akan tetapi lidahnya kelu. Jimmy tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
“ It's over for us, kak. There's no longer us. Thank you for this past year, even though you forgot our own anniversary . I hope our paths never cross again. ”
Hari ini Jimmy dibuktikan bahwa pikirannya salah. Bukan Sea yang akan menghancurkan dirinya. Dirinya sendiri lah yang menghancurkan mereka.
Jimmy used to say that Sea is the love of his life, but now Sea is the loss of his life.
Notes:
Hello! You're finally at the end of the story. This is my first writing after I stopped writing for a year and half. I hope you guys enjoyed it and hope yall likes it. Thank you xoxo
keyl00 on Chapter 2 Fri 31 Jan 2025 06:30AM UTC
Comment Actions
rumielis on Chapter 2 Fri 31 Jan 2025 12:44PM UTC
Comment Actions
Ladybird (Guest) on Chapter 2 Mon 17 Mar 2025 03:35PM UTC
Comment Actions